BUDAYA NYONTEK
- Posted by : smpn2 cibingbin
- on : 22/21/2024
Menyoal Budaya Nyontek
Oleh : Sobarudin*
Contek, ya istilah ini memang bukan hal baru khususnya di dunia pendidikan kita, kegiatan ini biasanya dilakukan oleh seorang atau sekelompok siswa atau siswa pada saat menghadapi ujian (test), misalnya dengan cara melihat catatan kecil (sebutkan dokumen) atau melihat pekerjaan orang lain. Atau lebih parah lagi pada saat memenuhi tugas pembuatan makalah, pelaporan, skripsi, tesis bahkan disertasi, dengan cara menjiplak karya orang lain tanpa mencantumkan sumber aslinya (plagiasi).
Perilaku contek atau plagiasi merupakan tindakan bohong, penipuan, kejadian akademis, memperoleh keuntungan tertentu dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Banyak orang yang menduga bahwa maraknya korupsi di Indonesia saat ini memiliki korelasi dengan kebiasaan contek yang dilakukan oleh pelakunya pada saat dia duduk di bangku sekolah atau perkuliahan.
Setiap sekolah atau institusi pendidikan lainnya pasti telah memiliki aturan baku yang melarang para siswanya untuk melakukan tindakan kontekstual. Namun terkadang kala dalam praktiknya sangat sulit untuk menegakkan aturan yang satu ini. Pemberian sanksi atas pelaku contek yang tidak tegas dan konsisten merupakan salah satu faktor maraknya perilaku contek. Kebiasaan ini tumbuh subur di dunia pendidikan di negeri ini, dari tingkat SD sampai Pergutuan Tinggi.
Kegiatan contek (plagiasi) semakin subur dengan hadirnya internet, ketika siswa atau Mahasiswa diberi tugas oleh Guru/Dosen untuk membuat makalah atau laporan, banyak yang meng-copy-paste berbagai tulisan yang ada di internet secara bulat-bulat. Mungkin masih agak sedikit, kalau tulisan yang di-copy-paste-nya sudah dipahami terlebih dahulu isinya, untuk kemudian dilakukan sedikit penyuntingan, seringkali tulisan itu langsung diserahkan kepada Guru atau Dosen, dengan hanya menggantikan nama penulis aslinya dengan namanya sendiri. Dan ini menjadi kebanggaan tersendiri seolah-olah tulisan itu hasil karya.
Secara psikologis, mereka yang melakukan perilaku nyontek pada umumnya memiliki kelemahan dalam perkembangan moralnya, mereka belum memahami dan menyadari benar mana yang baik dan buruk atau mungkin memandang hal itu lumrah dan menganggap kondisinya darurat. Selain itu, konteks perilaku bisa jadi disebabkan pula oleh kurangnya rasa percaya diri para pelakunya. Padahal aspek inilah yang justru lebih penting dan harus dikembangkan melalui pendidikan untuk kepentingan keberhasilan masa depan.
Kiranya tidak berlebihan bila perilaku ini segera dicarikan solusi dengan melatih siswa atau Siswa untuk mempersiapkan diri bila akan mengikuti kegiatan Test atau Ujian, jangan pernah membiasakan hal itu karena akan semakin mengurangi daya kritis atau potensi otak, yang sejatinya harus dimiliki sebagai generasi harapan bangsa kedepan.
Penulis menyarankan kepada peserta didik atau rekan Mahasiswa gunakan waktu semaksimal mungkin untuk bekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan cara belajar dan belajar, jangan membohongi diri untuk berprilaku contek atau plagiasi. Memanfaatkan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai salah satu sumber informasi dan pengembangan diri. Eksplorasi kemampuan dan potensi diri yang dimiliki, ingat masa depan bangsa ada di bahu Anda semua.
Kepada Rekan Guru atau Dosen, kondisikan dan fasilitasi Siswa/Mahasiswa untuk tumbuh dan berkembang secara normal, berikan kepercayaan dan kesempatan untuk mengeplorasi potensi diri sendiri dengan tidak melakukan prilaku contek atau plagiasi karya orang lain.
*Penulis Guru SMPN 2 Cibingbin