SALAM DUA JARI RUBAH JADI GIGIT JARI
- Posted by : smpn2 cibingbin
- on : 28/06/2024
SALAM DUA
JARI RUBAH JADI GIGIT JARI
Oleh : Sobarudin*
Tanggal 20 Oktober 2014 merupakan hari tonggak sejarah baru bagi
bangsa Indonesia, yakni hari dilantiknya Pesiden baru pemenang pemilu 2014.
Pesta pora dari para simpatisan dan pengusung pasangan terpilih begitu melekat
di ingatan kita melalui media yang
kita baca dan media yang getol
menyantroni kita di rumah (TV).
Belum genap usia pasangan itu 10 hari bekerja, sudah membuat rakyat
Indonesia terkejut, betapa tidak Presiden Joko Widodo sudah mengumumkan susunan
kabinet yang ia sebut dengan kabinet kerja dengan komposisi dan nama-nama yang
masih kontroversi menurut para ahli di bidangnya. Saya tidak menyebutkan
nama-nama dimaksud, para pembaca sudah maklum akan hal itu. Masalah susunan
nama di cabinet kerja belum reda dari perbincangan dan diskusi, rakyat di
kejutkan lagi dengan pemilihan dan pelantikan Jaksa Agung yang dianggap tidak
pantas dan tidak melalui mekanisme yang lazim dilakukan oleh presiden
pendahulunya, yakni tidak melalui uji public dan kelayakan di DPR serta pejabat
yang di pilih kapasitasnya dipandang biasa saja dan tidak punya prestasi yang
pantastis untuk ukuran pejabat Negara.
Selanjutnya belum genap satu bulan beberapa minggu yang lalu,
kembali rakyat dipaksa untuk menerima keputusan kenaikan harga BBM sebagai
akibat pengalihan subsisi BBM dari sector konsumtif ke sector prodiktif,
sungguhpun hal ini paradok dengan harga minyak mentah dunia yang mengalami
penurunan. Janji-janji manis pasangan
Jokowi-JK tatkala kampannye seolah menguap seiring kontroversi berlangsung,
kritikan dan saran dari para pengamat politik dan ekonom seolah tak ada
pengaruhnya untuk sebuah kebijakan oleh penguasa baru ini (Suara Islam, Edisi
190 hal 4. Nov 2014).
Posisi rakyat menengah ke bawah nampaknya mengalami dampak lebih
serius atas kebijakan kenaikan harga BBM ini, rakyat mulai dari nelayan,
petani, buruh, pelajar/mahasiswa dan lainya mulai merasakan berbagai kenaikan
harga kebutuhan pokok, hal ini semakin menambah beban hidup dan kesengsaraan
mereka. Rakyat kecil khususnya pendukung
dan pengusung pasangan pemenang Pilpres 2014 mulai mengalami adanya pergeseran
dari salam dua jari manakala kampanye berubah menjadi salam gigit jari . Gigit
jari pertanda melongo akibat kecewa dengan naiknya BBM dua ribu.
Selanjutnya sebagai kompensasi dari pengalihan subsisi BBM, rakyat yang dinyatakan berhak di beri
santunan Rp. 400.000 per kepala rumah tangga untuk dua bulan. Cukup tidak cukup
mesti diterima, padahal sesungguhnya secara hitung-hitungan kasar orang awam jumlah itu belumlah dianggap lanyak untuk
mengimbangi harha-harga yang meroket naik. Pada sisi distribusi , program ini
juga menimbulkan masalah. Betapa tidak, data yang dipergunakan untuk distribusi
sejumlah dana dimaksud menggunakan data lama, hal ini diakui oleh Khofifah
Indar Parawangsa sebagai menteri Sosial di salah satu stasiun televisi, ini
berarti ketidak akuratan data pada masa
pemerintahan sebelumnya dimainkan kembali. Akibatnya sejumlah fenomena yang
tidak semestinya terjadi kini dapat kita saksikan di media massa khususnya
Televisi dengan mudah, kekurang tertiban dan salah sasaran keluarga penerima
program.
Sementara Pemerintah, alih-alih bekerja sama dengan DPR untuk
mencari solusi terbaik untuk kepentingan rakyat, malah menghimbau kepada para
menteri terkait untuk tidak menghadiri undangan DPR dalam forum terhormat
menurut konstitusi yakni rapat kerja dengar pendapat. Hal ini menambah rentetan
kekurang simpatisan dari sebagian masyarakat yang sebelumnya menggantungkan
harapan baik pada pemerintahan yang baru terpilih ini.
Sebagai warga masyarakat Indonesia yang taat pada konstitusi yang
berlaku, kita berharap kepada pemerintah
yang saat ini diberi amanah oleh rakyat
untuk untuk membawa Negara ini ke arah yang lebih baik, lahirkanlah regulasi-regulasi yang memihak kepada
kepentingan rakyat terutama dikalangan
bawah, wujudkan janji-janji manis manakala berkampanye, arahkan kebijakan untuk
kemajuan dan kemandirian bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar
jangan di kecilkan dengan kepentingan-kepentingan sesaat dan hanya demi mengutamakan kepentingan
pribadi dan golongan.
Akhirnya apapun kebijakan pemerintah yang diambil dan mendapat
beragam respon dari masyarakat, semoga ujung-ujungya membawa perubahan ke arah
positif demi masa depan bangsa Indonesia yang mendambakan Indonesia yang lebih
sejahtera, mandiri serta bermartabat. Semoga…
*Penulis,
Guru
SMPN 2 Cibingbin-Kuningan